Ang Prisila Kartin – Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Refleksi Karya merupakan program rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Unika Soegijapranata yang wajib diikuti oleh seluruh dosen dan tenaga kependidikan. Refleksi Karya 2017 Unika Soegijapranata yang bertema “Peduli, Aktif, dan Bermakna” diselenggarakan pada 24-25 Februari 2017 di Kabupaten Wonosobo. Bentuk acara Refleksi Karya dikemas dengan sarasehan dengan warga Wonosobo, malam budaya bersama Bupati di Pendopo, sarasehan dengan Wakil Bupati Wonosobo dan Romo Alexius Dwi Aryanto, Pr. yang dilaksanakan di Hotel, serta diakhiri dengan peneguhan oleh Romo Alexius Dwi Aryanto, Pr., Prof. Budi Widianarko, serta Romo Gunawan, Pr.
Fakta yang memprihatinkan bahwa Wonosobo memiliki persentase penduduk miskin di angka 22,08 persen. Angka tersebut menempatkan Wonosobo sebagai kabupaten termiskin di Jawa Tengah karena berada dibawah persentase kemiskinan Provinsi Jateng 14,44 persen dan Nasional 11,47 persen. Kabupaten Wonosobo bersama 14 kabupaten lain masuk dalam zona merah peta kemiskinan Provinsi Jawa Tengah, dan menjadi sasaran prioritas untuk ditanggulangi. Hasil dari sarasehan dengan warga desa, warga Wonosobo ingin mendorong agar desa mereka dapat menjadi desa wisata yang diharapkan akan mendatangkan pendapatan yang lebih bagi warga desa sehingga dapat mengentaskan kemiskinan di Wonosobo.
Untuk dapat mewujudkan desa wisata yang dapat menarik turis domestik maupun internasional kita perlu mengetahui, apa yang diperlukan desa wisata? Wisata macam apa yang akan ditawarkan? Tentunya harus ada hal yang istimewa dan menarik agar dapat menarik minat wisatawan. Bicara mengenai desa wisata, saya teringat akan wisata desa budaya yang ada di Korea Selatan. Wisata budaya di Korea Selatan sangat menarik karena desa tradisional yang memiliki banyak gang sempit dan rumah tradisional sengaja dijaga kelestariannya untuk mempertahankan suasana perkotaan pada masa dinasti Joseon (1392-1897). Wisata budaya ini tidak main-main karena sudah mendapatkan penghargaan dari UNESCO sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan.
Ada total 11 situs budaya Korea yang terdaftar dalam daftar Situs Warisan Budaya Dunia diantaranya : Kuil Jongmyo (1995); Kuil Haeinsa Janggyeong Panjeon, Perpustakaan Tripitaka Koreana (1995); Kuil Seokguram Grotto dan Bulguksa (1995); Benteng Hwaseong (1997); Kompleks Istana Changdeokgung (1997); Area Bersejarah Gyeongju (2000); Situs Dolmen Gochang, Hwasun dan Ganghwa (2000); Makam Kerajaan Dinasti Joseon (2009); Desa Bersejarah Korea : Hahoe and Yangdong (2010); Benteng Namhansanseong (2014); Area Bersejarah Baekje (2015). Dengan mempertahankan kelestarian desa budaya termasuk keaslian bangunan-bangunannya pengunjung akan merasakan seolah-olah hidup di era jaman dulu. Selain dapat menarik minat wisatawan, desa budaya ini dapat berfungsi untuk melestarikan kebudayaan, dan sebagai media pembelajaran nyata yang baik dibandingkan pembelajaran via buku teks. Indonesia yang memiliki keragaman kultur budaya seharusnya mampu untuk menyaingi wisata budaya yang ada di Korea Selatan.
Kabupaten Wonosobo memiliki potensi wisata pemandangan alam, dan budaya pertanian yang kuat. Jejak peninggalan sejarah yang ada di Wonosobo, ditambah dengan berbagai kuliner khas mampu menarik wisatawan untuk datang. Dukungan kemampuan berbahasa asing juga harus dikembangkan agar dapat memfasilitasi wisatawan mancanegara yang akan berkunjung. Penggarapan seluruh potensi wisata yang ada di Wonosobo akan menjadikan Wonosobo sebagai destinasi wisata yang lebih terintegrasi. Daya tarik desa wisata terletak pada kelestarian kebudayaan dan kondisi pedesaan. Hal ini menuntut warga untuk dapat menjaga keaslian budaya desa mereka. Jika warga asli berlomba-lomba meninggalkan desa mereka untuk merantau di ibukota dan pemuda pemudi desa tidak lagi melestarikan budaya desa mereka, maka seiring berjalannya waktu desa wisata akan tergerus modernisasi dan semakin kehilangan daya tariknya.